Follow Us @agnes_bemoe

Monday 19 March 2018

BOOK THROUGH MY EYES [BTME]: Rendang, Laut, Buku, Sekolah, dan Makkah

Judul: HATTA Aku Datang Karena Sejarah
Penulis: Sergius Sutanto
Editor: Agus Hadiyono
Penerbit: Qanita (PT Mizan Pustaka)
Jumlah Halaman: 364 hal.
Tahun Terbit: Edisi Kedua, Cetakan I, Januari 2018


Drs. Muhammad Hatta sering kita baca dalam buku-buku sejarah. Kita kenal beliau sebagai tokoh utama pergerakan memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Dalam konteks itu kita melihat Hatta sebagai orang besar, tokoh besar, sosok yang seolah-olah tak terjangkau karena kebesarannya. Lalu, bagaimana Hatta sebagai manusia? Apa harapan dan impiannya? Apa kerinduannya? Apa kecemasan dan ketakutannya? Bagaimana dia semasa kecil? Bagaimana percintaannya? Dan lain-lain pertanyaan yang sekiranya membuat Hatta menjadi manusia yang hangat dan hidup di benak kita. Inilah yang disusun oleh Sergius Sutanto dalam novelisasi biografi Bung Hatta yang diberi judul "HATTA Aku Datang Karena Sejarah" ini.

Sergie memplot novelnya seturut lima keinginan Hatta: Mekkah, sekolah, buku, laut, rendang, yang dengan cerdik dibuat menjadi terbalik. Di atas rel inilah kisah berjalan, dimulai dengan masa kecil Atta (panggilan untuk Hatta) di Bukittinggi sampai pada zaman kemerdekaan.

Sejak halaman pertama saya sudah menyukainya karena seperti harapan saya Hatta muncul sebagai manusia, bukan super hero dalam buku sejarah atau biografi. Saya rasa ketrampilan berbahasa penulisnya berperan besar dalam 'memanusiakan' sosok Hatta. Sergie terampil sekali menyadur fakta-fakta sejarah menjadi cerita. Beberapa puisi yang diselipkan membuat novel biografi ini menjadi lembut dan manis. Semakin ke belakang, cerita semakin menghanyutkan. Seolah-olah saya sedang membaca kisah yang seratus persen fiksi.

Tidak hanya terampil menyadur fakta, Sergie juga terampil memproyeksikan tokoh Muhammad Hatta sehingga nilai-nilai yang selama ini melekat pada beliau mendapatkan penegasan latar belakangnya. Ambil contoh sikap hemat penuh integritas yang selama ini kita (saya) tahu lewat buku sejarah. Bagaimana Hatta bisa terbentuk sebagai pribadi yang seperti itu dapat kita runut dari halaman depan ketika Atta kecil menerima didikan Pak Gaek dan Siti Saleha. Mereka adalah kakek dan ibunda Bung Hatta. Proyeksi yang tepat ini membuat tokoh Hatta muncul sangat inspiratif di sepanjang buku tanpa si tokoh perlu berkotbah tentang dirinya atau karyanya.

Selain salut akan kemampuan Sergie merangkai kata, saya juga salut akan kuatnya riset di belakang novel ini. Kekuatan riset ini terasa sekali karena saya sebagai pembaca tidak hanya disuguhi hal-hal umum tentang Bung Hatta yang sudah kita ketahui. Ini membuat saya sebagai pembaca terpuaskan rasa ingin tahunya (intelectually entertained).

Cover baru menurut saya jauh lebih keren daripada cover lamanya. Cover yang baru ini lebih kuat karakternya.

Tentu saja tak ada gading yang tak retak tapi tidak banyak yang bisa saya katakan tentang kekurangan novel ini. Kalaupun ada, itu dalam skala kecil yang tidak terlalu mengganggu. Mengambil POV Orang Ketiga Serba Tahu, di beberapa tempat penulis sempat tergelincir untuk menulis biografi dan bukan novel. Ini terasa sekali di bagian kemelut sekitar/sesaat sebelum proklamasi. Kemudian, ada beberapa gesture Bung Hatta yang akan lebih asyik kalau sudah diceritakan dari awal: kesukaannya akan kopi, misalnya, sehingga tidak terlalu membingungkan ketika di penjara di Belanda Bung Hatta 'menceracau' tentang kopi.

Ada juga beberapa kesalahan ketik, misalnya kalimat langsung diletakkan di luar tanda kutip, yang membuat pembaca harus mengulang-ulang baca untuk memahaminya.

Namun demikian, seperti saya katakan, kekeliruan kecil itu tidak ada apa-apanya berbanding kedalaman novel ini. Salut berat buat penulisnya yang mau bertungkus lumus di genre ini. Salut juga buat penerbitnya, tentu saja. Novel ini adalah bahan bacaan yang sangat dibutuhkan oleh Indonesia di masa sekarang. Bung Hatta berjuang untuk meraih kemerdekaan. Sekarang banyak pihak hendak merusak kemerdekaan Indonesia dengan memaksakan ideologi mereka. Karenanya, saya sangat merekomendasikan novel yang sudah dicetak ulang ini untuk dibaca oleh semua saja. Novel ini bukan sekedar bacaan, ini adalah tuntunan. Bintang 4 dari 5 buat HATTA Aku Datang Karena Sejarah.

***

Pebatuan, 20 Maret 2018
@agnes_bemoe

No comments:

Post a Comment