Follow Us @agnes_bemoe

Tuesday 23 June 2015

Welcome Home

June 23, 2015 0 Comments
Do you believe that all dogs go to heaven? I do.
Do you believe that we can still communicate with our beloved one in heaven? I DO.

Thirteen days ago I lost my baby boy, Gabriel Oscar. It has been the most devastating 13 days of my life. Oscar was a super sweet lad. A clever and nice one as well. It's just so unfair that he was leaving so early.

Then, this morning I got this beautiful picture. Aniek Soetaryo, a dearest friend of mine posting it onto my fb's wall.

Receiving this, I was like chocking. The picture of Lord Jesus hugging a simple dog brought many tears to my eyes. It was about ten minutes after starring only to the picture when I found then words printed right on the top side. "Welcome home", it is said.

I was beyond speechless!

It was like my beautiful Oscar himself whispering to me: "Mami, I'm home. I'm with Him. He hugs and kisses me every single minute, just like you did."

Oh my! Am I able to finally release him? I don't know. But, knowing that he is now Home is huge to me. What is better than Home and Lord Jesus Himself? This thought eased my broken heart. Oscar is no longer around. However, we are still connected in all possible way we can imagine. I just cannot challenge my Lord Jesus in this point.

Through my dear friend, he spoke to me. For your record, my friend sent me the picture without knowing that I am in an ugly grief of loosing my sweet heart. She sent it just because she knows I am a frantic fan of dog. That it turned out to be something greater than just a picture, I think I know Who did this.

***

Pembatuan, June 23rd 2015
@agnes_bemoe


Friday 19 June 2015

Sweet Surprise

June 19, 2015 0 Comments
"Sebagai ucapan rasa syukur atas kebaikan Tuhan di hari ulang tahunmu ini, kukirim cerita untukmu. Iya, satu buku cerita, seperti apa yang sekarang dirimu kerjakan dan persembahkan dalam hidup ini..."

Bohong berat kalau aku tidak melonjak senang membayangkan sebuah hadiah darimu. Bukan, bukan karena hadiah itu sendiri, karena hadirmu dalam hidupku sudah merupakan hadiah terindah yang pernah kuterima. Ada, atau tidak ada hadiah itu, aku bahagia. Aku bahagia, karena segala tentang dirimu membuatku bahagia.

Namun, jujur, sebuah buku darimu di hari istimewaku tentu membawa kehangatan tersendiri di hatiku. Makanya, aku sangat tidak sabar menanti kedatangannya.

Dan hari inilah harinya.

Ketika kubuka bungkusnya, aku hampir tidak bisa bernapas!

"Aku mendapatkan buku cerita itu di toko buku dekat rumah. Waktu melihat judul buku itu, aku seneng banget, yakin (berharap), bahwa dirimu akan suka menerimanya."

Seharusnya kamu melihat sendiri ekspresi wajahku. Aku bukan hanya suka, aku suka sekali. Amat sangat suka! Ini sebuah buku klasik, buku yang nyaris menjadi "kitab suci" dalam dunia bacaan anak-anak -dunia yang sedang aku geluti sekarang-.

Mendapat buku ini, di hari ulang tahunku, dari orang sespesial dirimu, seperti sebuah inaugurasi buatku. Buku ini sendiri semacam impian terpendam yang jarang aku ungkapkan (karena tidak yakin bisa mendapatkannya). Sekarang kamu tahu, kan, kenapa aku sampai tidak bisa bernapas? Dadaku bertambah sesak ketika teringat kata-katamu: kamu langsung teringat padaku, begitu melihat buku ini....

Sambil membelai buku baruku, aku teringat ceritamu ketika membelinya. Buku itu ternyata ada bercak-bercak kuningnya. Karenanya, kamu merasa tidak elok memberikannya sebagai hadiah.

Ah, kamu yang perfeksionis kalau sudah mengenai buku.
Kamu sempat bimbang antara mencari judul lain atau bertahan di buku yang menurutmu kurang bagus kondisinya itu.

Menurutmu, dalam kebimbangan seolah ada sesuatu yang menarikmu kembali pada buku itu. Kamu pun memutuskan untuk mencari copy yang lebih bagus.

Aku membayangkan, kamu menyisihkan waktu untuk memilih satu persatu dari sekian banyak buku, memeriksanya dengan amat sangat teliti, serta membandingkan satu dengan yang lainnya. Aku membayangkan  kamu sengaja mengabaikan kecemberutan pemilik toko ketika membongkar rak buku -padahal kamu adalah tipe orang yang sangat menenggang perasaan orang lain-. Semua itu kamu lakukan demi mendapatkan buku dengan kondisi yang paling baik untuk dihadiahkan buatku.

Aku rasa, sampai kapanpun aku tidak akan berhasil meyakinkamu, bahwa buku yang kuterima itu sangat bagus kondisinya. Seandainya kurang bagus pun, aku tidak memedulikannya. Senyum lebarmu yang menempel di setiap sudut buku itu membuatku tidak sempat memikirkan hal lain selain ingin segera membacanya.

Puas membelai, kupeluk erat-erat buku setebal 600-an halaman itu. Andaikan bisa kusampaikan secara langsung rasa terima kasihku....

"Sekali lagi, selamat ulang tahun ya... Berbahagialah!"

Bagaimana mungkin aku tidak berbahagia kalau aku punya penyemangat dan pendukung sepertimu?

Terima kasih buat kadomu. Terima kasih buat apa yang sudah kamu lakukan buatku.

"Semoga Tuhan yang Maha Baik itu memberikan kekuatan dan rahmat yang tak pernah putus dan tak terhitung banyaknya untuk dirimu."

Tuhan yang Maha Baik itu memang memberikan kekuatan dan rahmatnya. Ia mengirim dirimu, sebagai hadiah buatku.

***

Pekanbaru, 19 Juni 2015
Agnes Bemoe