Follow Us @agnes_bemoe

Sunday 3 May 2015

Membangun Kecerdasan Emosional Anak Melalui Cerita

Review Buku Cerita Anak
Membangun Kecerdasan Emosional Anak melalui Cerita


Judul : Bo dan Kawan-kawan di Peternakan Kakek Ars
Penulis : Agnes Bemoe
Bahasa : Indonesia dan Inggris
Penerbit         : Bhuana Ilmu Populer (BIP) kelompok Gramedia
Tahun : 2014
Kota : Jakarta




Kecerdasan emosional bukan monopoli orang dewasa. Anak-anak, bahkan sejak mereka usia dini perlu dilatih memiliki ketahanan emosional ketika menghadapi situasi sulit. Begitulah kira-kira pesan yang saya tangkap dari kumpulan cerita Bo dan Kawan-kawan (BDKK) di Peternakan Kakek Ars.

Buku cerita anak BDKK yang ditulis oleh Agnes Bemoe (AB) mengisahkan delapan cerita menarik tentang persahabatan yang terjalin antara Bo Sapi, Penny Kutilang, Titi-Tata-Teti Bebek, Pepe Domba, Lily Ayam, Obi Anjing Gembala, Angelita Itik, dll., di sebuah peternakan milik Kakek Ars. Bagaimana keseruan kisah-kisah mereka menghadapi persaingan, kecurangan teman, sikap mementingkan diri sendiri, dan rasa rendah diri karena memiliki kekurangan, dijalin melalui pribadi-pribadi yang saling berinteraksi. Penulisnya (AB) menggambarkan tokoh-tokoh dalam ceritanya melalui sekumpulan hewan hewan lucu. Karakter hewan menurut AB dianggap lebih menarik (cute) buat anak-anak dan membuat anak-anak tidak merasa terlalu digurui. Namun demikian, anak-anak tetap bisa mengidentifikasikan diri mereka dengan karakter-karakter itu, tulis Agnes dalam pesannya.

Kisah pertama diawali dengan Penny Kutilang yang murung. Penny sejak lahir sudah tidak bisa melihat (buta). Waktu Penny diajak main oleh Bo Sapi, Penny tidak mau. Bo tahu bahwa Penny memiliki suara yang merdu. Lalu ia mengajak Penny bernyanyi dan mendahului menyenandungkan lagu-lagu. Awalnya Penny tidak peduli. Mungkin saja burung kecil masih sedih. Tetapi karena Bo tak kenal lelah mengajaknya bernyanyi, akahirnya Penny mau juga bernyanyi. Rupanya nyayian mereka berdua didengar oleh kawan-kawan hewan yang lain. Mereka memuji suara merdu si burung mungil Penny, Suaramu bagus ....” (hal. 12). Kawan-kawannya ingin diajari bernyanyi, dan Penny dengan senang hati mau mengajari mereka menyanyi.

Hari itu di peternakan Kakek Ars, Bo, Penny dan teman-teman bergembira. Meskipun Penny tidak bisa melihat, tapi memiliki suara yang merdu. Bo memang bijaksana. Ia mau mengajak Penny dan kawan-kawan melupakan kekurangan mereka. Ini adalah pesan yang bagus untuk memotivasi anak-anak suaya lebih mengembangkan talenta mereka masing-masing ketimbang memikirkan kekurangannya. Selain itu, sosok Bo yang pantang menyerah juga menjadi pendidikan karakter yang baik bagi anak-anak kita.

Ada lagi cerita tentang si Obi Anjing Gembala yang dicurangi Frans, temannya yang membuat surat palsu utuk Kakek Ars atas nama dirinya. Frans menulis bahwa ia tidak bisa mengikuti pemilihan regu anjing penjaga karena kakinya sakit (hal. 26). Bagaimana sikap Obi yang dicurangi? Dia memang marah tapi tidak membalas kecurangan temannya. Ia belajar menahan diri atas nasihat si Bo. Tak  ada gunanya marah-marah ketika kita menerima perlakuan buruk. Suatu saat kebenaran akan terungkap, hibur Bo (hal. 31). Akhirnya dia dipakai kembali oleh Kakek Ars sebagai anjing penjaga setelah Frans tidak sanggup menggembalakan domba-domba milik Kakes Ars.

Anak-anak yang secara fisik kurang menarik, boleh dihibur melalui kisah persahabatan Angelina dan Bo. Angelina adalah itik yang merasa dirinya kurang cantik dan gendut, sehingga pada suatu malam ia hendak pergi dari peternakan Kakes Ars. Angelina sudah tak tahan karena Loretta Angsa dan teman-temannya selalu mengejek Angelina jelek dan gendut. Untunglah Bo yang baik hati dan mau berasahabat dengan siapa saja, melihat Angleina dan mengajaknya duduk, lalu berbicara dari hati ke hati. Bo mengatakan bahwa tidak ada salahnya kalau Angelina gendut, apalagi dia itik yang baik hati. Tetapi Angelina masih belum percaya. Ia berdalih bahwa menjadi anak gendut dan jelek itu tidak enak, seperti yang kerap dibilang oleh Loretta. Lalu Bo menyanggah, Mengapa kamu begitu percaya pada perkataan Loretta?” Bo lantas mengibur Angelina dengan sebuah cerita rekaan; tentang Vicky Kelinci yang tidak bisa mengerjakan PR Menulis. Sahabatnya yang bernama Angelita membantu Vicky sampai bisa bisa menulis. Bukan hanya Vicky, Angelita juga membantu Ari dan Ira Ayam, membantu kakek Ars, dan yang lain sehinga banyak sekali yang suka pada Anglita. Tapi Angelita termakan oleh pendapat teman-teman yang tidak menyukainya daripada yang menyayanginya (hal. 132-134).

Kisah rekaan yang disampaikan Bo ternyata menyadarkan Angelina itik sehingga ia tidak jadi pergi. Bo yang baik hati dan bijaksana berhasil membangun sikap peraya diri sahabatnya itu.

Pesan penting dari cerita ini adalah memupuk perilaku yang baik itu lebih bermanfaat daripada memikrkan penampilan yang cantik (hal. 137).



Aman dari Unsur Kekerasan
Saya bukan pembaca atau penyuka buku (cerita) anak. Apalagi penulisnya(. Saya ‘melihat’ buku BDKK dari sudut pandang pembaca yang --meski tidak berada dalam dunia anak-anak-- memberi penghargaan yang sebesar-besarnya kepada para bapak dan ibu, para guru, pengasuh, dan pendamping anak. Sebelumnya banyak hal yang tidak saya pahami tentang dunia anak. Bahasa yang sederhana namun kaya dengan visualisasi dan tidak perlu pemaparan detil adalah beberapa hal baru yang saya pelajari di sini.

Kumpulan cerita Bo dan Kawan-kawan memberikan banyak pesan moral yang baik. Dikemas dalam suatu bangunan cerita dengan tokoh sentral si Bo Sapi dan tokoh-tokoh pendampingnya (Kakek Ars dan sekumpulan hewan) di sebuah peternakan. Agnes menulis BDKK untuk pembaca anak-anak usia 7-12 tahun. Melalui cerita ini mereka dilatih memiliki keberanian, kejujuran, kepatuhan, sikap pantang menyerah, dan karakter-karakter positif lainnya sebagaimana yang saya tulis di bagian awal.

Satu lagi yang tidak kalah pentingnya adalah, tidak ada unsur kekerasan dalam isi cerita. Saya menemukan beberapa buku cerita anak yang meskipun dipersonifikasi dari tokoh binatangtetapi mengadopsi unsur kekerasan. Misalnya pertarungan fisik.

Dari sisi kemasan, buku ini cukup mewah; berwarna dan menggunakan kertas kualitas bagus. Apakah buku BDKK ditujukan kepada anak-anak dari kalangan kelas menengah ke atas? Agnes Bemoe (AB) menjelaskan bahwa BDKK tidak diarahkan kepada  kelompok masyarakat tertentu. Sebab, keberadaan buku-buku di Indonesia, terlepas dari kemasan, sudah dianggap barang sekunder dan mewah. Di pihak lain menurut Agnes, biasanya golongan masyarakat kelas menengah ke ataslah yang lebih dulu punya kesadaran untuk membaca dan membeli buku. Kemasan dibuat bagus untuk menarik minat pembaca karena anak-anak masih ada dalam tahap visual.

Daya tahan dan konsentrasi anak yang terbatas mungkin hanya sanggup kalau anak membaca satu judul/cerita sehari. Jadi, BDKK bisa dinikmati oleh anak-anak untuk satu minggu pelajaran. Di setiap akhir cerita ada lembar aktivitas yang bermanfaat melatih kecerdasan kogntif anak.


Membudayakan Mentoring Penulis Cerita Anak
Ada satu nama yang disebut oleh AB pada halaman depan bagian dalam sesudah lembar judul: Dian Kristianti. Dian adalah sesama penulis cerita anak yang pernah menjadi mentor AB. Saya takjub karena dunia mentoring juga meluas di kalangan penulis cerita anak. Semoga mentoring pencipta karya untuk anak semakin membudaya. Sehingga tersedia bacaan, tontonan, dan lagu-lagu bermutu untuk anak-anak di setiap generasinya. Kelak anak-anak akan kembali ke dunianya, tidak lagi ditawan oleh karya-karya orang dewasa lewat berbagai tayangan di media-media populer. (erna manurung).



Erna Manurung
Pemerhati Masalah Sosial
Tinggal di Kendari

No comments:

Post a Comment