Follow Us @agnes_bemoe

Tuesday 30 December 2014

End Year's Note

December 30, 2014 0 Comments
Just when you think it can't get worse, it gets even worse!

I thought that my roughest year was 2010. Obviously I was wrong. 2014 has been tougher. HNP (Herniated Nucleus Pulposus) followed by depression and anxiety attack has driven me into sort of Freddy Kruger's world.

This year has made me step the brake-pedal longer than I wanted to. It's even forced me to back off. Okay, I don't want to be a whiny baby. I hope you've got the picture.

Today, as I am lying on my bed, thinking of days, weeks, and months I walked through this year, somehow I found that it's not all horrible dark colours inside. There came things that has made many differences to the painting.

I have two books published this year: "Hujan! Hujan! Hujaaan!" and "Bo & Kawan-Kawan di Peternakan Kakek Ars". Along with my other book "Aubrey dan The Three Musketeers", "Hujan! Hujan! Hujaaan!" will take a part in the 2015 Frankfurt Book Fair.

This year, for the very first time I felt excited about general election since I had a diamond class candidate. Mr. Joko Widodo (Governor of DKI) decided to run for president. And this down to earth and high integrated gentleman won.

Talking about Indonesian leaders, this year has given us several extra ordinary leaders who make a citizen like me proud. Basuki Tjahaja Purnama, Bu Risma (oh my! I forget her full name), Ganjar Pranowo, Anis Baswedan, Bu Susi (again, I forget the name of this Super Woman) are names that have brought back fresh air into Indonesian's government. May The Lord bless our President and his administration.

As for me myself, despite of her being tough, this year has provided me with several gifts (I can't believe I deserve).

The first is of course my baby sister. I know that she is a super kind-hearted person. Still, I am so amazed by her persistence in taking care of me. Her sacrifices have broken my heart but at the same time become my daily life-booster. Honestly, I have no idea what would I be if didn't have her by my side.

I am also so blessed with many good friends (mostly virtual world's friend since I am not able to meet those from real world) who constantly give me their support and companion. Their being there for me in my darkest time (when they didn't have to)has touched my heart so deeply. Once again, I thank God that He sent the right persons in the right time. I mention their name every time I pray my Rosary.

Best friend seems to be my gift this year.

Early this year I found a friend who then becomes the best I ever have, the one in a million. By the end of this year I feel that I become a little bit mild-tempered, less judgemental, and more forgiving. My best friend has brought the good-side out of me. In my daily struggle this angel won't let me feed my ugly negative mind. On the contrary, this saint-like person reflects tons of comfort that have put both hope and strength into my life. Buddy, I pray that God grant you your happiness!

Well, those beautiful persons I mentioned before has driven me to one powerful word: HOPE. This year has been tough. But, along with the toughness, there came HOPE. Therefore, I thank God for His 2014: for the good and bad, for happiness and sad, and all those wonderful things I have never had.

MERRY CHRISTMAS 2014 and HAPPY NEW YEAR 2015!

***

Pembatuan, December 31, 2014
@agnes_bemoe




Thursday 25 December 2014

With You, Everyday is Christmas

December 25, 2014 0 Comments
With you everyday is Christmas
Joy, laughter, and warmth you bring from distance
I take them without resistance

I love the way you make me feel
In my daily time wheel
Happy, loved, and blessed the feelings I can't conceal
Just can't believe those are real

Honey, with you everyday is Christmas
Yet in this most blissful eve
Let me whisper softly in you ears
May the magic of Christmas be with you, and never leave

***

Pembatuan, Natal 2014
@agnes_bemoe



Wednesday 24 December 2014

Beautiful Blue Christmas

December 24, 2014 0 Comments
BEAUTIFUL BLUE CHRISTMAS

Saya jarang sakit di Hari Natal. Saking jarangnya, saya masih bisa menghitungnya.

Pertama waktu saya SMA. Saya tinggal di asrama sekolah, Asrama Cor Jesu, di Malang. Persis setelah ujian semester, saya sakit. Saya memang tidak berencana untuk pulang ke Waikabubak (Sumba Barat) tempat orang tua saya tinggal. Tapi, merencanakan Natal di asrama dalam keadaan sakit jelas jauh dari rencana saya.

Yang paling saya sesalkan adalah hilangnya kesempatan untuk makan enak. Biasanya kalau libur Natal menu di asrama bisa naik menjadi setara dengan menu restoran pemegang Michelin Star. Jumlahnya juga tidak dijatah seperti biasanya. Bisa dibayangkan betapa merananya saya melihat makanan enak yang tidak lewat begitu saja karena lesapnya nafsu makan. Melengkapi kenelangsaan saya, begitu libur berakhir, saya sembuh. Kembali juga nafsu makan saya. Tapi, menu makanan juga sudah kembali pada menu penjara :(

Sakit yang kedua adalah waktu saya sudah jadi guru di Pekanbaru. Kejadiannya sekitar sepuluh tahunan yang lalu. Kali ini saya sakit karena terlalu rakus berbisnis kue. Ceritanya, ada teman yang pesan blackforrest bikinan saya. Blackforrest kan tidak bisa disimpan di toples. Jadi hari itu, saya berjuang di dapur untuk membuat kue.

Waktu itu saya belum punya mobil. Jadi kue-kue itu kemudian saya antar dengan sepeda motor berdua dengan anak saya. Hari itu saya membuat kue sekaligus bolak-balik naik sepeda motor mengantar kue. Rumah saya di sudut kota. Jadi bisa dibayangkan pulang perginya. Tidak terlalu heran kalau malamnya saya langsung tewas. Saya dapat uang, tapi tidak bisa ikut Misa Natal. Rupanya Bayi Yesus tidak merestui bisnis blackforrest saya :( Itulah tahun pertama dan terakhir saya berbisnis kue.

Selanjutnya, tahun kemarin, 2013, saya juga sakit. HNP (syaraf terjepit) membuat saya tidak bisa bergerak. Tidak itu saja, sejak tanggal 23 Desember 2013 asam lambung saya naik. Saya muntah-muntah seperti orang kena maag. Asal mencium bau makanan, perut saya mual. Akibatnya, Natal itu, tidak hanya saya saja yang tidak bisa makan enak. Satu rumah tidak makan karena saya tidak tahan mencium bau makanan. Itulah Natal pertama dimana hidangan Natalnya adalah nasi padang (yang dimakan jauh-jauh dari hidung saya).

Tahun ini tidak separah tahun kemarin biarpun saya tetap belum bisa ke gereja. Dari kemarin saya sudah ngemil nastar dan kue bawang. Tadi pagi saya sarapan kestengels dan white coffee sambil menikmati album Natal Michael Bublé. Menu Natal kami adalah lontong opor yang dimasak oleh adik saya. P.S. biasanya saya adalah juru masak keluarga. Biasanya saya masak mie goreng babi untuk malam Natal yang dimakan setelah Misa Natal. Lalu sea food untuk paginya (udang asam/ikan manis atau kepiting saus padang). Saya penggila sea food soalnya. Untuk penutupnya, saya nyontek tradisi ibu saya: puding coklat dengan vla. Eh, saya kok malah ngomongin makanan ya... :D

Kembali lagi ke masalah sakit di hari Natal.

Sangat tidak enak sakit di hari Natal. Andai bisa, saya tidak ingin sakit di saat seindah ini. It is literally kind of a blue Christmas. Sedih rasanya melihat adik saya bersih-bersih rumah sendirian, masak sendirian, ke gereja sendirian dalam keadaan gerimis pula (sejak semalam hujan membasahi Pekanbaru).

Lalu, saya teringat perkataan seorang suster (nun) yang rutin mengunjungi saya waktu masih di rumah sakit. Namanya Suster Maristella JMJ. Saya pernah mengatakan kesedihan saya tidak bisa ke gereja. Kata beliau: inilah saatnya Yesus sendiri yang mendatangi Agnes. Oh my!

Saya percaya, saya, dan semua yang sedang tidak bisa ke gereja di  Malam Natal adalah orang-orang yang istimewa: Bayi Yesus mendatangi kami di malam yang kudus ini.

Tadi malam saya berdoa Rosario. Selain berdoa untuk orang-orang yang saya sayangi, saya berdoa juga untuk siapa saja yang tidak bisa ke gereja baik karena sakit, perang, bencana, atau situasi apapun yang sedang terjadi.

It is not a blue Christmas. It is a beautiful blue Christmas, since The King Himself has come to us! MERRY CHRISTMAS everybody!

***

Pembatuan, Natal 2014
@agnes_bemoe

Gambar oleh InnerChild Studio. Ada di buku Bo dkk di Peternakan Kakek
Ars


Friday 19 December 2014

He was Lying Down Beside Me

December 19, 2014 0 Comments
He was lying down beside me

Hari Rabu lalu, pagi-pagi, saya keluar membeli pulsa. Biasanya saya titip dibelikan. Tapi, hari itu saya lupa titip padahal pulsa sudah nol. Padahal lagi, saya sedang butuh banyak menelpon hari itu.  Entah kenapa, sehabis membeli pulsa saya merasa nyeri. Padahal jarak rumah saya dengan tempat jual pulsa tidak jauh, hanya tujuh atau delapan rumah mungil BTN.

Seharusnya saya bisa langsung baring untuk meredakan kemarahan HNP saya. Namun, hari itu saya ada urusan yang harus saya kerjakan sendiri. Urusan kunci kendaraan saya yang hilamg.

Sebenarnya saya bisa menyuruh anak saya yang mengurusnya. Tapi, waktu urusan terakhir tentang spion, anak saya mengeluh. Kedatangannya tidak dipedulikan oleh petugas di dealer. Tidak mau anak saya dicuekin lagi, saya memutuskan untuk mengurus sendiri. Kalau mereka mengacuhkan saya juga, biar saya bikin "rame" sekalian... hihihi....

Akhirnya saya berangkat dengan disopiri anak saya. Di mobil saya sudah mringis-mringis kesakitan. Urusan di dealer pun selesai, biarpun memakan waktu lumayan lama. Sempat juga judes saya kambuh karena antrian saya diserobot. Dan tentu saja nyeri saya bertambah karena saya harus bolak-balik jalan ke parkiran lalu masuk lagi, lalu jalan lagi. Hwedeww.... Okelah, yang penting selesai dan saya pun pulang.

Di taxi yang kami tumpangi (mobil harus ditinggal) dengan menahan malu saya minta izin untuk berbaring pada pak sopir. Sumpah, sudah nggak kuat lagi!

Bisa diduga, sampai di rumah saya langsung tewas. Hari masih jam 4 sore tapi saya sudah menggeletak di tempat tidur. Untunglah rasa sakit tidak menghalangi saya untuk terlelap. Saya pun tertidur (atau pingsan, saya juga kurang tahu).

Saya melewatkan makan malam, Master Chef Junior Finale, dan Mata Najwa.

Sebelum subuh keesokan harinya saya terbangun. Puji Tuhan, nyeri di pinggang dan tungkai mereda. Hal pertama yang saya lihat ketika bangun adalah segulungan benda hitam di kaki saya. Gabriel Oscar.

Walah, ni anak, numben-numbennya tidur sama maminya, pikir saya. Biasanya dia lebih suka di lantai. Saya menyampaikan ini pada adik saya.

- "Numben si Oscar bobok di sini," kata saya.

Jawaban adik saya membuat saya mencelos.

- "Sejak sore kemarin, sepanjang malam, Oscar nggak beranjak dari sisi Mami."

Saya terdiam. Sering saya baca, anjing bisa merasakan kesakitan tuannya.
Oscar bukan tipe penempel seperti Titil almarhum. Dia juga bukan tipe perhatian seperti Nino. Biasanya dia super cuek. Tapi malam itu, malam waktu saya merasa kesakitan luar biasa, Oscar berbaring di sisi saya. Dia tidak melakukan apa-apa. Hanya berbaring. Tapi, saya sungguh terharu dibuatnya. Saya merasa ditemani.

Baru kemarin saya mendapat berita tentang perlakuan biadab terhadap anjing. Saya prihatin terhadap pelakunya. Jelas ia mendapat informasi yang keliru tentang anjing. Jelas sekali ia belum pernah merasakan kehalusan budi dari makhluk yang terlanjur dibencinya dan dicapnya hina dan najis itu. Saya prihatin atas hatinya yang begitu dingin dan kejam. Saya tidak yakin manusia bisa bahagia kalau hatinya sedingin dan sekejam itu. Mudah-mudahan ada sesuatu yang bisa menyentuh hatinya dan mengembalikan kehangatannya.

Balik lagi ke Oscar. Malam berikutnya dia sudah kembali lagi ke ritual lamanya. Tidur di lantai. Tak sedetikpun dia pedulikan saya. Mentang-mentang Mami nggak sakit ya? Pikir saya jengkel. Saya pingin dia tidur dengan saya lagi.  Soalnya kalau diingat-ingat, enak juga merasakan gulungan bulu yang halus dan hangat di kaki.

***

Pembatuan, 20 Desember 2014
@agnes_bemoe





Not Quite a Prayer

December 19, 2014 1 Comments
I do not consider myself as a person who sticks to prayers although I have a tight prayer schedule. I pray 5 times a day: 6 a.m, 12 p.m, 3 p.m, 6 p.m, and 12 a.m. sometimes I add 3 a.m in my schedule. I pray Angelus, Rossary, Divine Mercy, and Novena. Telling you this, I don't mean to show off. On the contrary, I want to share my struggle in keeping the candle light.

My toughest one was when I was facing some sort of life-twist couple months ago. At that particular moment I found it was hard to pray. Instead of praying, I found myself drawning in such unpleasant silence that instantly drove me to an ugly sobbing.

At that moment, I chose not to pray. Yes, I ignored the schedule since I couldn't stand the horrible feeling that came everytime I closed my eyes. The time when my mind sank into a land of nowhere which was spookily dark and chilly.

I then usually spent my morning doing a simple meditation. Not quite a meditation, actually,  since all I do was inhaling, holding the breath for couple seconds, and then exhaling. I repeteadly did that for about 30 minutes.

I thought it was okay not to pray.

Until one day I got my wake-up call. The first was from my baby sister:
- "You still pray for me, don't you?"
- "Of course," I lied. "Why?"
- "Nothing. I need your prayer."

My heart sank down. Her words "I need your prayer" was like a bomb to  my ears.

No longer after that, my dearest friend asked me the same thing.
- "Pray for me, please."
- "I always pray for you." Again, I lied. I used to pray for him, twice a day, in my Rosary and Novena.

Oh my! I lied to persons I love the most, in one day, about the sacret thing named prayer!

Then, something came into my mind: I have to pray then, not for me, but for those beautiful people I love so dearly. They literally asked me for my prayer. And, as the matter of fact, the only thing I can offer them is my prayer. They have been spending their times to accompany and comfort me. It is my part to negotiate with the universe with my prayer to make sure of their happiness.

So, couple days ago I started praying: Angelus, Rosary, Divine Mercy, and Novena. It was hard, of course. But my sister and my best friend had become my fuel to this ritual.

Well, I know, it's not the end. I know I will face another battle due to my prayer habit. But, at least, I won this one. I won because I have beautiful angelic people beside me.

I may not a prayer, but when I do it, I hope I do it happily thinking of my beloved ones.

***

Pembatuan, December 19th, 2014
@agnes_bemoe





Thursday 11 December 2014

Angin kepada Malam

December 11, 2014 0 Comments
Aku terjaga dengan perasaan aneh di dadaku.
Kuintip keluar jendela kamar. Kudapati malam sedang membaringkan dirinya
...

Malam memejamkan mata, menikmati menit-menit terakhirnya, sebelum subuh membuka hari. Persis saat itu angin menghampiri, menari lembut, mengusap malam yang sangat dirinduinya.

Aku tahu, cinta telah jadi sesuatu yang aneh di antara kita, karena engkau tidak mencintaiku
Aku tahu, sia-sia kukemas hati ini dan kupersembahkan buatmu
Bukan aku yang kau rindu
Untuk jadi rembulanmu

Aku tahu, tak pernah cukup aku bagimu
Seperti aku tahu, tak pernah bisa kuberhenti mencintaimu
Tak sanggup menahan lukanya, tapi lebih tak sanggup aku beranjak darinya.

Malam,
Izinkan aku membelaimu diam-diam,
Menitipkan rindu terdalam di bintang-bintangmu
Membisikkan mimpi terindah di gulitamu

Dan, sebelum kau memintaku untuk berlalu,
Izinkan aku membawa sekeping senyummu
Supaya aku tak benar-benar sendirian, tanpa dirimu

...


Kupegang dadaku, sebab tiba-tiba terasa nyeri di situ.


***

Pembatuan, 12 Desember 2014
@agnes_bemoe



Monday 8 December 2014

Things Happened

December 08, 2014 0 Comments
Tanggal 25 November lalu saya disuntik pereda nyeri. Lumayan menghilangkan rasa nyeri yang menggigit tungkai kanan.

Dokter menjelaskan, suntikan ini tidak menyembuhkan syaraf yang terjepit. Suntikan ini hanya meredakan nyeri yang ditimbulkan akibat radang di daerah sekitar syaraf. Okelah, I can live with that. Saya tidak perlu lagi akupunktur setelah disuntik tapi saya tetap harus rutin berenang.

Lalu, Sabtu minggu yang lalu anak saya kena jambret. Ikut lesap juga kunci mobil. Sekarang sedang ribet mengurusi surat-surat dan ganti kunci. Selama itu belum beres, saya tidak berani keluar rumah, termasuk tidak berenang. Padahal seperti yang saya kemukakan di atas, berenang adalah obat buat saya.

Things happened.
Ada kelempangan, menyusul pula kesempitan. Malang tak dapat ditolak, untung tak dapat diraih.
Suwer, peristiwa kejambretan, keribetan urusan polisi, ganti kunci, tidak bisa berenang membuat saya diserang rasa kecewa yang luar biasa. Seperti ditinju berkali-kali. Belum sempat pulih dari satu hook, sudah masuk jab.

Saya sedang membuang waktu dan kekesalan dengan berselancar di facebook ketika seorang teman menelpon. Kami bicara panjang lebar, tepatnya, dia bicara saya mendengarkan (she's quite a talker).

Dia bicara tentang kesulitan yang baru-baru ini menimpa dirinya (dia juga sedang berjuang melawan suatu penyakit). Lalu, dia mengatakan ini:

"Begitulah, Nyes, banyak kesusahan, banyak banget yang mengecewakan, yang penting aku tetap berbuat sesuatu yang baik buat buat orang lain. Bikin orang lain gembira dan seneng akan kehadiran kita."

Entah kenapa, saya tertarik dengan kata-katanya ini. Kata-kata "berbuat sesuatu untuk orang lain" mengiang di telinga saya.

Saya lalu membongkar tab. Ada naskah milik teman yang pernah saya janjikan hendak saya susun ulang. Selama ini saya tinggal karena belum mood. Entah kenapa, perkataan teman memicu mood saya.

Seharian saya menyusun ulang naskah itu: meng-copas dari naskah asli ke file baru, memperbaiki penulisan, menyusun urutan naskah, dan membaca ulang. Tidak terasa satu hari saya lalui. Yang menggembirakan adalah saya melaluinya dengan semangat, karena sebuah kegiatan yang membuat saya bergairah.

Lebih excited lagi saya ketika saya menelpon teman saya ini, menyampaikan tentang perkembangan naskahnya, dia kelihatan ikut bersemangat. Dia bilang sudah tak sabar ingin melihat bentuk jadi naskahnya. Yippie!

Well, jalan ke sana masih panjang.

Yang jelas, jalan pendek saya, a k a hari ini, sudah saya lewati dengan senang dan bergairah.

***

Pembatuan, 8 Desember 2014
@agnes_bemoe


Friday 5 December 2014

Rain, I Love You

December 05, 2014 0 Comments
Hujan masih saja turun. Butirannya membasahi ranting-ranting pohon dan jalanan. Angin dingin menyelusup pelan, membuatku mau tak mau merapatkan jaketku.
"Dingin?" Tanyamu.
Aku mengangguk. "Sedikit."
Tanpa kuduga, engkau merengkuhku. Menarik rapat diriku. Aku tergagap. Apa-apaan ini! Ini kaffee! Aku melemparkan lirikan protes.
Engkau tersenyum manis, tanpa memperdulikan protesku.

Aku menyerah. Dalam pelukmu, aku merasa hangat. Kalau bisa, aku ingin selamanya berada di sana.
"Rain," bisikku, sambil mendongakkan sedikit kepalaku, mendekatkan mulutku ke telingamu. "I love you...."
Hening memeluk kami berdua. Hanya denting air hujan yang terdengar.
Engkau mengulurkan tanganmu yang satu lagi. Memelukku lebih erat. Tak ada kata. Tak ada balasan apapun. Seperti biasa.

Ah....
Aku menyurukkan kepalaku ke dadamu.

Tak pernah ada kata cinta darimu. Tak pernah ada ucapan sayang buatku.
Hujan masih menetes satu-satu. Desauan angin dingin makin menggigit.

Rain, I love you.
Kali ini kubisikkan dalam hati, sambil membenamkan kepalaku di dadamu, menikmati kehangatan di situ.

Aku mengerti. Aku sangat mengerti.
Aku mencintaimu. Itu cukup buatku.
Engkau baik dan sayang padaku. Itu lebih dari cukup buatku. Seperti hujan, perhatian dan kasih sayangmu membasahi dan menyejukkan hatiku. Seperti menunggu hujan, aku akan menunggumu, dari tempatku. Sambil melagukan kidung terindah: serenade doa buatmu. Apa yang lebih indah selain yang diikat dengan doa, bukan?

Rain, I love you.

Demi hujan dan angin yang terus mendesau di telingaku, aku menyayangimu. Entah bagaimana nantinya butiran nasib membawa kita, di setiap lorongnya aku menyayangimu. Itu cukup buatku. Dan, merasakan kehangatan pelukmu, di sini, saat ini, itu lebih dari cukup buatku.

Rain, I love you....

"Kamu bilang apa?"
Bisikanmu di telingaku mengejutkanku. Astaga, apakah aku tadi tak sengaja menceploskan apa yang kupikirkan?
"Enggak ada..." Lagi-lagi aku membenamkan kepalaku di dadamu.
Aku sedang membisikkan dalam hati betapa aku menyayangimu ketika kurasakan sebuah kecupan hangat di rambutku.

Hujan masih saja turun. Angin membawa desauannya yang paling indah, masuk ke relung hatiku. Hatiku terasa hangat.

***

Pembatuan, 6 Desember 2014
@agnes_bemoe